Jumat, 25 Desember 2015

Pulang Kampung Naik Kereta Menoreh 2

Liburan sekolah yang berbarengan dengan akhir tahun 2015 tak kami sia siakan begitu saja dengan hanya berdiam di rumah. Pulang kampung ke Jawa Tengah, tempat orangtua suami saya menjadi pilihan liburan asik sekaligus bersilaturahmi.

Dengan tiga anak yang kami bawa, rasanya tidak mungkin lagi kami pulang kampung menggunakan bus. memang, bus adalah akses terdekat dengan rumah mertua saya. Turun bis, kami bisa langsung naik ojek dengan jarak tempuh sekitar sepuluh menit dari rumah mertua. Tapi, bis mempunyai banyak kelemahan. toilet yang sempit, waktu berhenti d rumah makan yang singkat, tempat duduk yang sempit, dan tentu saja jarak tempuh yang lebih lama menjadi sederet minus dari kendaraan yang satu ini.

Pilihan kali ini pun jatuh ke kereta cepat. Jauh jauh hari suami saya telah pesan tiket. Pasar Senen-Semarang adalah track yang akan kami tempuh.

Kereta terjadwal  berangkat pukul 07.15 Saya pun bersiap bangun pukul 02.00 dini hari, ketika anak anak dan suami saya masih terlelap. 

Kami berangkat dari rumah pukul 06.00 dengan menggunakan krl. Tak di sangka, krl yang kami harapkan sampai tepat waktu di stasiun Senen, meleset dari estimasi. KRL berhenti terlalu lama di stasiun Jatinegara, karena mendahulukan kereta luar kota.

Keringat dingin kami mulai keluar satu persatu ketika jam gantung d Stasiun Jatinegara menunjukkan pukul 07.15. Dan akhirnya kami lemas ketika KRL kami berpapasan dengan kereta yang seharusnya kami naiki.

Kabar buruknya, harapan kami, kereta telat berangkat tak terpenuhi. Kabar baiknya, salut dengan Kereta Indonesia yang sudah tidak menggunakan jam karet.

Pelajaran berharga yang kami dapatkan terlalu mahal. Semahal harga empat tiket yang hangus begitu saja dan waktu yang terbuang sia sia untuk menunggu kereta berikutnya.

Kami membeli tiket untuk menoreh yang berangkat pada malam hari. Tak ingin pulang lagi, kami pun harus betah menunggu di Stasiun. 

Sesekali aku berjalan jalan keluar stasiun bersama anak bungsuku melihat lihat kekumuhan daerah sekitar senen. Lain waktu,aku yang menjaga barang dan suamiku mengajak anak anak jalan jalan.

Selama menunggu, kami sekeluarga sedikitnya bolak balik ke kamar mandi sebanyak lima kali. Dan sebanyak itu pula kami tahu, toilet stasiun Senen tak pernah sepi, harus sabar mengantri. Untungnya, toilet stasiun bersih dan selalu di bersihkan oleh petugas dan tentu saja tidak bayar.

Pengalaman mengantri tak hanya berlaku di toilet. Ketika registrasi karcis pun kami harus mengantri di jalur yang telah di sediakan.


Belum lagi naik turun tanggga yang lumayan terjal, membuat kami kembali berpikir ulang untuk mepet datang ke Stasiun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar